Header Ads

Cerita Bj Habibie Tentang Ilmuan Indonesia di pandang negara asing

Presiden Ke-3 BJ Habibie: Tentang Ilmuwan Indonesia di Negara Lain dan IMF
Jakarta – Presiden ke-3 RI BJ Habibie menjamu para ilmuwan di rumahnya dalam rangka 25 tahun Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Setelah acara seremoni pengukuhan dan ramah tamah makan malam, profesor BJ Habibie pun bercerita tentang masa lalunya.
“Begini ya, elemen manusia itu yang menentukan adalah produktifitasnya yaitu agama, budaya, dan ilmu pengetahuan. Budaya dan agama itu sudah dimulai sejak dalam kandungan, kemudian ada proses pembudayaan. Yang memegang peran adalah ibu dan bapaknya,” papar BJ Habibie memulai cerita di kediamannya, Jl Patra Kuningan XIII, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (24/9/2016).
 
Bj habibie - kabarwictwicky.blogspot.com


Adalah tanggung jawab orang tua untuk memberikan pendidikan anaknya, kata BJ Habibie. Tak ada alasan untuk meninggalkan anak yang haus akan pendidikan karena nantinya di masa depan orang tua pun akan menuai hasilnya.
“Perkembangan sebuah perusahaan juga mirip dengan anak bayi itu. Jika sejak awal dibiarkan begitu saja maka akan mati, tapi jika terus diinput ilmu pengetahuan dan teknologi maka dia akan terus produktif,” kata BJ Habibie.
Kemudian dia mulai terkenang ketika menggagas industri strategis. Awalnya dia hanya melibatkan 20 karyawan dan akhirnya berkembang hingga menjadi 48.000 pegawai.
“Semua saya bebaskan untuk membuat pesawat, kereta api, kapal laut, pokoknya industri strategis,” kenang Habibie.
“Tapi kemudian pada saat reformasi, IMF merekomendasikan untuk membubarkan semua industri strategis itu. Ini kriminal kalau menurut saya karena di saat kita sudah mau memetik hasilnya, tapi justru disuruh untuk membubarkan,” lanjut BJ Habibie.
Bisa ditebak akibatnya, PHK besar-besaran pun terjadi bagi para pegawai industri strategis itu. Padahal mayoritas dari mereka adalah ilmuwan yang sangat pandai dan tentu saja akan dapat memajukan Indonesia.
“Mereka kemudian meminta nasihat saya. Saya bilang, ‘kalian harus bekerja, karena kalau tidak bekerja ilmu pengetahuan yang kalian miliki akan mati. Bekerjalah di mana pun sesuai dengan keahlian kalian,’ dan akhirnya mereka ada yang diterima di Boeing, Airbus, dan lain sebagainya,” ujar BJ Habibie.
Sejatinya BJ Habibie ingin sekali agar para ilmuwan yang telah dibina dengan segenap upaya itu berkarya bagi Indonesia. Tetapi apa daya karena pada saat itu ada tekanan dari IMF yang mengharuskan mereka seolah tak memiliki tempat di Indonesia.
“Maka itu kalau kita ingin mengembalikan ilmuwan ke negeri sendiri, mari kita create (ciptakan) lapangan pekerjaan yang luas. Ini tugas pemerintah juga,” pungkas BJ Habibie.  (al/tempo/detik)


No comments

Powered by Blogger.