Header Ads

Apa Sih Multazam atau Pintu Ka'bah ? ini penjelasannya dan tata caranya agar menjadi Haji Mabrur

Pengertian Multazam Serta Tatacara Berdoa di Multazam


DenaTour - Multazam adalah dinding Ka’bah yang terletak di antara Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah disebut sebagai Multazam. Menurut Atiq bin Ghaits Al-Biladi dalam Fadhail Makkah wa Hurmat al-Bayt al-Haram, panjang antara pintu Ka’bah dengan hajar aswad sekitar empat hasta. Tempat ini diyakini sebagai salah satu dari beberapa maqam ijabah yang ada di sekitar Baitullah, tempat yang makbul untuk berdoa. Asal katanya adalah iltizamuhu yang berarti merapatkannya. Rasulullah SAW merapatkan badannya di dinding Ka’bah antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah ini.


Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya berkata, “Saya tawaf bersama Abdullah ketika sampai di belakang Ka’bah, saya berkata, 'Apakah kita tidak berlindung?' Abdullah berkata 'Kita berlindung kepada Allah dari Neraka.' Ketika telah lewat saya menyentuh hajar dan berdiri diantara rukun (Hajar Aswad) dan pintu (Ka’bah) maka (Beliau) menaruh dada, wajah, lengan, dan kedua tangannya begini dan membentangkan lebar keduanya. Kemudian, berkata 'Beginilah saya melihat Rasulullah SAW melakukannya.'" (HR Abu Dawud, Ibnu Majah).

Jika tidak bisa menempel seperti itu, berdoa di Multazam cukup berdiri dibelakangnya saja. Lagi pula, berdoa di tempat ini tidak merupakan bagian dari manasik haji maupun umrah, karenanya tidak perlu memaksakan diri, apalagi sampai “bertarung” mendapatkannya.  Esensi dari semua itu adalah doa karena memang sekitar Ka’bah banyak tempat untuk berdoa, apakah itu di belakang Maqam Ibrahim, Hijir Ismail, ataupun Multazam. Di sudut manapun dari Baitullah, insya Allah mustajab, asal berdoa dengan benar dan khusyuk.


Inilah tempat yang paling diburu jamaah haji dan umrah setelah mengerjakan thawaf. Saat sekeliling Ka’bah dipenuhi jamaah, tak mudah untuk mencapai Multazam. Setiap orang berusaha untuk mencapai tempat yang mustajab itu. Jamaah haji dan umrah pun berdoa dengan penuh kekhusyukan.  Bersimpuh memohon ampunan dan memanjatkan berbagai harapan kepada Sang Khalik.
Tentang kabulnya doa itu tetap menjadi otoritas penuh Allah SWT karena Allah SWT yang paling mengetahui hal-hal yang baik bagi hamba-hamba-Nya. Kita hanya berikhtiar maksimal untuk memenuhi apa yang baik dalam memanjatkan doa tersebut, antara lain:

Pertama, memulai dengan bismillah, lalu memuji Allah. “Maka bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (an-Nashr 3). Memulai dengan mengembalikan kekuasaan dan kebwsaran pada Allah SWT.


Kedua, bershalawat dan salam kepada Nabi karena di samping hal ini adalah perintah Allah dalam Alquran juga apa yang diriwayatkan sahabat dari Anas bin Malik, “Tidaklah seseorang berdoa kecuali antara dia dan langit ada hijab, sampai dia bershalawat kepada Nabi”.

Ketiga, menyebut nama-Nya, asmaul husna, dengan lembut dan santun karena dengan mengenal nama dan sifat-Nya (asma wa shifah) kita akan mengenal dan merasa dekat dengan Zat yang akan kita seru. Hanya kedekatan yang membuka peluang makbul “Dan Allah memiliki asmaul husna maka berdoalah dengan menyebut asmaa-ul husna itu.” (QS al-A’raaf 180).


Keempat, menyampaikan apa yang diinginkan dengan penuh harap baik dengan doa yang ada dalam Al quran, hadis, maupun formulasi sendiri, misalnya, “Allahummakfinii bihalaalika an haraamika, wa aghninii bifadhlika ‘amman siwaaka.” (Ya Allah berilah saya rezeki yang halal, bukan yang haram. Dan kekayaaan (rezeki yang melimpah) yang Engkau ridhai bukan yang Engkau murkai)—HR Turmudzi.


Kelima, berprasangka baik terhadap Allah bahwa Allah akan mengabulkan doa-doa kita. Tentu jika kita ingin didengar dan dikabul doa maka kita selalu berupaya untuk mendekat melalui amal-amal saleh yang kita kerjakan sehari-hari. Menjauhi perbuatan buruk yang dapat mengganggu kabulnya doa tersebut.


Selain bersimpuh dan berdoa di Multazam, jamaah pun berlomba menggapai pintu Ka’bah. Mereka memeluk rumah Allah SWT itu sambil memanjatkan doa. Ada pula yang menangis, bahkan tak sedikit yang histeris.


Setiap orang berlomba mencapai Multazam karena Rasulullah SAW pernah bersabda, “Antara rukun Hajar Aswad dan pintu Ka’bah terdapat Multazam. Tidak seorang pun hamba Allah SWT yang berdoa di tempat ini, kecuali dikabulkan doanya.”  Saking spesialnya tempat ini, Rasulullah SAW sempat mendekapkan wajah dan dadanya di Multazam sambil memanjatkan doa. Kisah itu tercantum dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud dan Ibnu Majah.

Amru bin Syu’aib menceritakan dari ayahnya, ‘’Aku pernah melakukan thawaf bersama Abdullah bin Amr bin Ash, dan ketika kami sampai ke belakang Ka’bah, aku berkata, ‘Tidakkah engkau memohon perlindungan kepada Allah dari api neraka?’ Abdullah lalu mengucapkan, ‘Aku berlindung kepada Allah dari api neraka’.’’


‘’Kemudian dia berlalu dan menyentuh hajar aswad, selanjutnya dia berdiri antara hijir Ismail dan pintu, lalu mendekatkan dada, kedua tangan dan pipinya kepada rukun itu, kemudian dia berkata, ‘beginilah aku melihat Rasulullah SAW melakukannya.’’

Menurut Atiq, Multazam juga menjadi tempat yang dipilih Rasulullah SAW  untuk menunaikan shalat.  Seorang Quraisy pernah mendengar Saib bertanya, ‘’Dimanakah engkau melihat Rasulullah SAW melakukan shalat? Lalu dia menunjuk ke Ka’bah, dekat rukun (sudut) yang sebelah kiri, yang termasuk di dalamnya hijir Ismail, kira-kira empat atau lima hasta.’’


Rasulullah SAW  juga pernah memanjatkan doa khusus di Multazam, ''Ya Allah yang memelihara Al Bait al Atieq (Ka'bah) merdekakanlah kami, bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, saudara-saudara kami dan anak-anak kami dari belenggu api neraka Wahai Yang Mahamurah, Yang Mahamulia, Yang Mahautama, Yang Maha Pengarunia, Yang Maha Pemberi Kebakan. Ya Allah jadikanlah segala urusan kami mendatangkan kebajikan, jauh dari segala kehinaan dunia dan siksa akhirat.''


''Ya Allah, aku ini hamba-Mu dan anak hamba-mu yang sedang berdiri di bawah rumah-mu di Multazam, aku menghadap dan bersimpuh di hadapan-Mu. Aku mengharapkan rahmat-Mu, takut akan siksa-Mu, wahai Pemberi Kebajikan. Ya Allah aku memohon kepada-Mu terimalah zikir-ku (pada-Mu), hilangkanlah dosa-dosaku, lancarkanlah urusanku sucikanlah hatiku, sinarilah kuburku, ampunilah dosaku dan aku mohon pada-Mu berikanlah derajat tinggi di surga.'' (HR Ahmad bin Hanbal atau Imam Hanbali).


Nabi Adam AS pun pernah memanjatkan doa khusus di Multazam. Menurut Abdullah bin Abi Sulaiman – maula bani Makhzum – ketika Adam diturunkan dia ber-thawaf di Baitullah sebanyak tujuh putaran. Lalu shalat dua rakaat di hadapan pintu Ka’bah.

Lalu, Adam mendatangi Multazam dan berdoa, ‘’Ya Allah engkau mengetahui rahasia dan terang-teranganku, maka terimalah permohonan maafku. Engkau mengetahui apa-apa yang ada dalam jiwaku, maka ampunilah dosa-dosaku. Engkau mengetahui kebutuhanku, maka berikanlah permintaanku…’’ Menurut riwayat itu, Allah SWT mengabulkan doa Nabi Adam AS itu.



Berada di Multazam sungguh terasa sangat nikmat. Pesona Multazam bagai magnet yang menarik setiap jamaah yang telah menyelesaikan thawaf untuk mendekatinya.




dikutip dari :
http://www.denatourumroh.com/2015/05/pengertian-dan-tata-cara-berdoa-di-multazam.html

No comments

Powered by Blogger.